Hitung Cepat, Jokowi Menang
Unggul di Kawasan Elite Ibu Kota
JAKARTA -Prediksi bahwa pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) akan mengungguli duet Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) terbukti. Hasil penghitungan cepat (quick count) Pilgub DKI Jakarta oleh berbagai lembaga survei kemarin (20/9) menunjukkan kemenangan pasangan yang diusung PDIP dan Partai Gerindra itu dengan selisih suara 5-8 persen.
Misalnya, berdasar penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia (LSI), Jokowi-Ahok meraih 53,81 persen dan Foke-Nara 46,19 persen suara. Ada selisih 7,62 persen. Dengan margin of error 2 persen atau ada kemungkinan perolehan suara Jokowi-Ahok berkurang 2 persen sedangkan suara Foke-Nara bertambah 2 persen, kemenangan pasangan yang ngetop dengan baju kotak-kotak itu tidak akan berubah.
''Kalau hasil quick count LSI dibaca secara pesimis sekalipun, Jokowi-Ahok masih mendapat 51,81 persen. Jadi, posisinya masih unggul,'' kata peneliti senior LSI Burhanuddin Muhtadi di Kantor LSI, Jalan Lembang Terusan, Jakarta Pusat, kemarin.
Begitu juga penghitungan cepat oleh Indo Barometer. Jokowi-Ahok meraih 52,68 persen dan Foke-Nara hanya 45,89 persen suara. Dengan selisih perolehan suara yang mencapai 8,22 persen dan margin of error yang hanya 0,5 persen, kemenangan Jokowi-Ahok tetap tidak tergeser.
''Karena selisih suaranya sudah di atas 1 persen (hasil dari 0,5 persen dikali 2, Red), saya percaya diri untuk mengatakan yang menang Jokowi-Ahok,'' tegas Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari.
Menurut dia, kemenangan Jokowi-Ahok membuktikan bahwa masyarakat Jakarta memang mencari figur pemimpin alternatif. Apalagi, tingkat kepuasan publik terhadap Fauzi Bowo sebagai incumbent tergolong pas-pasan. ''Masyarakat punya harapan baru terhadap sosok Jokowi dan Ahok setelah melihat prestasi mereka (saat menjadi kepala daerah, Red) di tempat lain, termasuk kesederhanaannya,'' ungkap Qodari.
Hasil quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI) serta Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) juga sama. Menurut LSI ''Lingkaran'', selisih suara kedua pasangan calon adalah 7,36 persen. Versi SMRC, selisihnya 5,26 persen (lihat grafis).
Dengan hasil penghitungan cepat beberapa lembaga yang semua memenangkan Jokowi-Ahok tersebut, duet orang daerah itu (Jokowi dari Solo dan Ahok dari Bangka Belitung) sangat mungkin memimpin Jakarta lima tahun ke depan. Itu juga membuktikan bahwa kesederhanaan mampu menaklukkan ibu kota yang telah dibentengi dan dikepung parpol-parpol besar serta tokoh-tokoh besar.
Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga Puan Maharani tak mau larut dalam euforia kemenangan ''versi quick count''. Dia menyatakan bahwa pihaknya masih harus menunggu penghitungan dan pengumuman resmi KPUD. ''Saya berharap proses selanjutnya akan berjalan mulus. Quick count belumlah hasil final. Mari kita bersama-sama mengawal agenda pilkada ini hingga penghitungan selesai,'' katanya.
Sebagai pengusung Jokowi, lanjut Puan, PDIP tentu merasa senang atas kemenangan sementara tersebut. Tapi, bagi Jokowi dan Ahok, kemenangan ini justru memberikan amanah baru yang sangat besar. ''Keduanya harus mampu mewujudkan janji-janjinya pada masa kampanye,'' tegas putri Taufik Kiemas dan Megawati Soekarnoputri itu.
Menang di TPS Cendana
Jokowi tidak hanya dikenal di perkampungan yang menjadi target utama kampanyenya. Pesona Jokowi juga membius warga kalangan atas yang tinggal di perumahan-perumahan elite.
Di kawasan elite Cendana, Menteng, Jakarta Pusat, pasangan Jokowi-Ahok berhasil mengungguli Foke-Nara. Padahal, kawasan ini adalah kandang bagi Fauzi Bowo karena dibesarkan di kawasan tersebut.
Di TPS 02 Gondangdia, Jokowi unggul atas Foke dengan cukup telak. Di TPS yang digunakan keluarga mantan Presiden Soeharto tersebut, Jokowi memperoleh 194 suara, sementara Foke hanya 54 suara. "Pak Tommy (Soeharto), Ibu Mamiek, dan Ibu Titiek menggunakan haknya di sini," ujar Ketua TPS 02 Sri Wahyuni.
Di Kompleks Perumahan Menteri Widya Chandra, Senayan, Jakarta Selatan, Jokowi-Ahok juga unggul. Di TPS 001 Widya Chandra, Jokowi meraup 52 suara, sementara Foke 38 suara.
Di TPS tersebut terdapat 248 orang yang terdaftar memiliki hak pilih, tapi hanya 91 orang yang menggunakan haknya. Sisanya tercatat sebagai anggota polisi yang bertugas di Polda Metro Jaya, yang berada di kawasan tersebut. Karena TNI-Polri tidak punya hak pilih, entah mengapa nama-namanya tetap dimasukkan dalam daftar pemilih.
Di TPS tersebut empat menteri menggunakan hak pilih, yakni Menteri Pertahanan Poernomo Yoesgiantoro, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, dan Menteri Sosial Salim Assegaf.
Di kandang Fauzi Bowo di TPS 01 Menteng, pasangan Foke-Nara memang berhasil unggul dengan 118 suara. Namun, suara untuk Jokowi juga sangat tinggi, 111 suara, atau hanya selisih tujuh suara daripada tuan rumah. Di TPS tersebut terdapat 325 pemilih, tapi hanya 230 yang menggunakan hak pilih.
Di kawasan Pondok Indah, pasangan Jokowi-Ahok juga mengungguli Foke-Nara. Terdapat tujuh TPS di kawasan tersebut dengan total 5.778 pemilih. Namun, hanya 2.009 warga yang menggunakan hak suaranya. Dari jumlah tersebut, Jokowi memperoleh 1.438 suara. Sementara, Foke hanya meraih 275 suara.
Di kawasan kediaman Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, TPS 031 Menteng, pasangan Jokowi-Ahok juga unggul. Jokowi memperoleh 221 suara, sementara Foke-Nara hanya mampu mengumpulkan 52 suara.
Jokowi Minta Maaf ke Foke
Apa komentar Jokowi atas kemenangannya versi quick count itu? Jokowi mengaku telah ditelepon Fauzi Bowo. Dalam pembicaraan tersebut, menurut Jokowi, Foke mengucapkan selamat kepada dirinya.
Jokowi juga menyampaikan permintaan maaf kepada Foke atas segala perkataannya yang mungkin menyakitkan. "Saya juga minta maaf kepada Pak Fauzi Bowo," ungkap Jokowi di Jakarta kemarin (20/9).
Bukan hanya itu. Jokowi juga minta bantuan Foke jika nanti sudah resmi memimpin DKI Jakarta. Jokowi mengakui Foke lebih menguasai "lapangan" daripada dirinya. "Beliau (Fauzi Bowo, Red) kan menguasai lapangan, menguasai Jakarta, dan beliau sanggup (memberikan bantuan, Red)," ujarnya.
Jokowi juga menyampaikan akan meneruskan program pembangunan dan pemerintahan yang sudah baik. "Yang baik dilanjutkan, yang tidak baik tidak dilanjutkan," tegasnya. Program apa yang sudah baik itu? "Yang baik apa, ya nanti (dievaluasi dulu, Red)," jawab pria kelahiran Solo, 21 Juni 1961, tersebut, lantas terkekeh.
Jokowi kemarin mendampingi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mencoblos bersama keluarganya di TPS 031, Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di TPS yang berada tepat di seberang kediaman Megawati itu, Jokowi-Ahok unggul jauh dengan 201 suara, sedangkan Foke-Nara hanya berhasil mendapatkan 156 suara.
Dari Kebagusan, dengan menumpang Kijang Innova putih bernopol B 1419 UKA, Jokowi berangkat ke rumah mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan. Jokowi tiba pukul 13.15.
Di TPS 004, Darmawangsa, JK mengaku mencoblos Jokowi. Bukan hanya saat putaran kedua, tapi juga di putaran pertama. Jokowi sendiri pernah menyebut JK termasuk orang yang mendorongnya maju di pilgub DKI Jakarta.
Kedatangan Jokowi ternyata tidak hanya disambut hangat JK. Dua cucu JK justru lebih heboh. Mereka langsung bersorak kegirangan melihat Jokowi datang. Bahkan, tanpa malu-malu, Emir dan Rasyid yang berusia sekitar delapan tahun itu langsung berebut untuk bergelayutan di kaki Jokowi. Saat perbincangan berlangsung, Emir dan Rasyid tetap duduk di pangkuan Jokowi.
Jokowi menyebut JK adalah seniornya. "Saya banyak belajar dengan Pak JK. Kalau diceritain, dua hari juga enggak habis-habis, banyak lah yang dipelajari," ucapnya.
JK berharap agar Jokowi dapat membawa perubahan yang lebih baik untuk Jakarta. "Kita doakan supaya siapa saja yang menang bisa membawa perubahan."
Umumkan Hasil 28 Oktober
KPU DKI Jakarta mengumumkan hasil rekapitulasi suara manual pada 28 atau 29 Oktober. Adapun kemarin (20/9) penghitungan suara baru dilakukan di tingkat TPS yang berjumlah 15 ribu lebih.
''Karena KPU menghitung seluruh hasil pemungutan suara, jadi perlu waktu. Penghitungan dilakukan secara berjenjang,'' ujar anggota KPU DKI Bidang Penghitungan Suara Sumarno kemarin (20/9).
Berdasar jadwal, rekapitulasi penghitungan suara di panitia pemungutan suara (PPS) dilakukan pada 21-23 September. Sedangkan di tingkat panitia pemilihan kecamatan (PPK) berlangsung pada 24-25 September. Kemudian di KPU kota madya/kabupaten, rekapitulasi dilakukan pada 26-27 September.
Disinggung soal penghitungan cepat? Sumarno mengatakan, hal tersebut boleh-boleh saja. ''Itu bisa mengobati keingintahuan masyarakat. Namun, penghitungan jumlah suara seluruh TPS bisa menunggu hasil resmi dari KPU. Kami akan menghitung semuanya,'' ujarnya. (pri/dim/flo/sam/dai/jpnn/c5/c2/c10/c7/nw)
Sumber: Jawa Pos, tgl 21/9/12
No comments:
Post a Comment