Pada waktu pulang kampung beberapa pekan lalu. Saya menyempatkan diri untuk mampir di alun-alun kota Jogja. Kebetulan lagi ada acara sekaten untuk menyambut acara maulud nabi. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kapan lagi saya ada di Jogja berbarengan dengan acara sekaten. Mencari hiburan sekaligus jajanan.
Sedari kecil hingga sekarang, tidak banyak perubahan yang berarti pada acara sekaten. Pertunjukan lumba-lumba, sirkus, komedi putar, pameran seni dan hiburan khas pasar malam selalu menghiasi lapangan alun-alun Jogja saat mendekati hari maulud nabi. Tetapi yang menarik perhatian saya, selain keramaian dan hiburan, adalah jajanan khas sekaten.
Mulai memasuki alun-alun, saya melewati deretan penjual galundeng (di Jawa Barat namanya odading). Yang unik adalah nama warungnya. Hampir semua warung galundeng memiliki nama “Populer”. Nama ini sudah muncul sejak saya kecil. Mungkin memang dahulu galundeng populer adalah yang paling top saat acara sekaten. Jadi sekarang banyak muncul replikanya.
Beberapa saat kemudian, saya melihat beberapa penjual gulali. Gulali sekarang memiliki bentuk yang cantik, kebanyakan sih dibentuk bunga, dan berwarna-warni. Saya jadi teringat ketika masih kecil, gulali bentuknya tidak beraturan dan hanya memiliki satu warna, merah. Meskipun tidak membelinya, tetapi saya terbayang manis dan kenyalnya gulali ketika meleleh di lidah.
Kok jajanan semua, bagaimana kalau kita lapar? Tenang saja, selama acara sekaten, banyak penjual nasi gurih berjualan di pinggir alun-alun. Orang jogja lebih familiar menyebutnya “sego gurih”. Yaitu nasi yang dimasak dengan santan dan dimakan dengan lauk pelengkap seperti kering tempe, telur, atau ayam. Selain itu kita bisa membeli nasi kucing di angkringan khas jogja di sekitar alun-alun.
Setelah capek berkeliling, saya beristirahat sejenak sambil menikmati wedang ronde yang hangat. Untuk mendapatkan semangkuk kecil wedang ronde, kita cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 3500 saja. Murah kan? Saya menghabiskan wedang ronde sambil melihat jalanan yang ramai dilewati kereta anak-anak.
Sebenarnya ada satu makanan yang belum saya temui hari itu. Telur merah, telur ayam rebus berwarna merah dengan hiasan dari kertas. Setiap kali mampir di sekaten saya selalu membeli makanan ini. Karena penasaran, saya tanyakan kepada penjual wedang ronde. “Pak, kalau mau cari telur merah dimana ya?”
“Wah hari ini belum ada, telur merah mulai dijual ketika gamelan sudah mulai dibunyikan”, kata pak penjual wedang ronde. Dan dia menjelaskan bahwa gamelan dibunyikan besok minggu persis (saya berkunjung sabtu sore). Tetapi kekecewaan itu terobati oleh kegembiraan acara from Jogja with food di sekaten.
Sumber: sauskecap.com
No comments:
Post a Comment