Halaman

Monday, December 24, 2012

Sejarah St. Nikolas—Santa Claus



Sering kita jumpai, pria berjanggut putih, gemuk dan pipinya merah-kemerahan yang biasanya kita jumpai di tempat keramaian di bulan Desember ini. Santa Claus, tahukah anda bahwa pribadi yang sering kita jumpai di mall-mall adalah seorang pribadi yang nyata. Berikut kami ceritakan kisahnya:






Sejarah St. Nikolas—Santa Claus


Nicholas dilahirkan pada abad ketiga di Patras. Sebuah kota di Asia Kecil. Orang tuanya yang
kaya raya adalah orang-orang Kristen yang saleh. Setelah mereka meninggal, ia menggunakan
warisannya untuk menolong orang miskin dan memasuki Biara Sion Kudus, dekat kota Myra
untuk mendapatkan pendidikan.


Alkisah ketika menjadi dewasa, Nicholas membuat perjalanan perubahan hidup ke Tanah Suci.
Di Betlehem ia melihat tempat kelahiran Kristus. Ia berdiri di Bukit Zaitun di mana Kristus
mengajar. Dan ia berdoa di kubur kosong, tempat kebangkitan Kristus. Perjalanan ini
meneguhkan pikirannya mengenai yang telah dipelajari dalam Alkitab -- bahwa Kristus
sesungguhnya Allah beserta kita. Keyakinan teguh ini membentuk karir masa depannya.


Ketika ia berlayar pulang, kapalnya memasuki kancah badai. Nicholas menolong para kelasi
mengikat layar dan menguasai kayuh. Kelasi-kelasi itu mempercayakan perjuangan mereka di
tangan Nicholas; dan ia menyerahkan keselamatannya kepada Allah. Ia bernasar untuk pergi ke
gereja mengucap syukur setibanya kapal itu di daratan.


Ketika Nicholas melangsungkan perjalanannya, bishop di Myra meninggal dunia. Pemimpin
gereja berdebat tentang penggantinya. Setelah melalui perdebatan panjang, seseorang
menyarankan, "Kita tunggu keputusan Allah; orang yang pertama datang melalui pintu gereja
besok pagi akan menjadi bishop yang baru."


Kapal Nicholas terdampar menjelang fajar. Secepatnya ia pergi untuk mengucap syukur karena
dibebaskan dari badai. Para pemimpin gereja menyambutnya di pintu gerbang dengan topi dan
tongkat jabatan bishop. Maka ia menjadi bishop termuda di dalam sejarah.


KONFLIK DENGAN PEMERINTAH


Tidak lama setelah itu, Bishop Nicholas menghadapi konflik dengan otoritas pemerintah. Suatu
bencana kelaparan melanda Myra. Hasil panen layu dan kering di ladang. Tidak ada makanan di
manapun juga. Jemaat mencari Nicholas untuk melepaskan mereka dari kelaparan. Eustathios,
gubernur propinsi, menyita beberapa muatan kapal berisi gandum di pelabuhan Andriaki. Pejabat
yang korup merencanakan untuk menahan gandum itu sampai tawaran tertinggi atas gandum itu
tercapai. Nicholas meyingkapkan timbunan gandum itu dan mempermalukannya sehingga
melepaskan kapal-kapal itu. Hubungan Nicholas dengan Eustathios lebih buruk lagi ketika ia
mempelajari proposal hukuman mati dari tiga tawanan politik. Nicholas mendesak untuk
kebebasan ketiga orang yang tidak bersalah itu. "Terlambat!" seru Eustathios, "mereka sedang
menjalani pemancungan sekarang." Nicholas berlari ke alun-alun di mana hukuman mati itu
dilaksanakan. Tawanan pertama sudah siap dihukum mati dengan lehernya di tempat pemancung
dan kepala di atas keranjang. Pelaksana mengayunkan tangan. Nicholas merebut pedang yang
sedang terayun turun dari tangan algojo. Ia memotong ikatan tangan para tawanan dan
membebaskan mereka. Masyarakat menyatakan jaminan keselamatan selanjutnya bagi orang-
orang ini. Gubernur mundur -- untuk sementara waktu. 











Penganiayaan yang terus menerus 














Pada 23 Februari 303 M, kaisar Diocletian mengeluarkan satu peraturan yang menjadi awal
penganiayaan yang paling sistematis dan panjang atas gereja Kristen yang pernah terjadi.


Penganiayaan Diocletian ditandai dengan serangan pertama yang terorganisir atas Alkitab.
Karena keputusan ini menuntut bahwa orang Kristen harus menyerahkan kitab suci mereka untuk
dibakar. Menolak berarti mati. Seorang yang setia (seperti Felix, bishop Thibiuca, yang
mengatakan kepada prajurit yang menangkapnya, "Lebih baik aku dibakar daripada Alkitab.")
berdalih untuk berbagai alasan, seperti menggantinya sebagai kitab tatabahasa, kitab mengenai
pengobatan, koleksi khotbah dan buku-buku agama lain, untuk melindungi Alkitab.


Eusebius, seorang saksi mata mengatakan, "Kata-kata tidak dapat menjelaskan penderitaan
mengenaskan yang ditanggung oleh para martir ... mereka dicabik dari kepala sampai kaki
dengan pecahan beling seperti cakar, sampai mati melepaskan mereka. Wanita-wanita diikat
sebelah kakinya dan dipacang tinggi ke udara dengan kepala di bawah, tubuh mereka telanjang
tanpa secarik pakaian pun ... aku berada di tempat itu dan melihat sendiri mereka dihukum mati
... pesta gila- gilaan itu berlangsung lama, pisau pembunuh itu menjadi muntul dan rusak sendiri.
Pelaksana hukuman mati itu sendiri kehabisan nafas dan bergantian melaksanakan tugas.


Secara relatif orang Kristen mempunyai kesempatan untuk mendramatisir iman mereka dengan
menyitir kata-kata terakhir di hadapan penonton di arena. Hampir semua ketakutan, kuatir,
merasa tidak pasti, tersembunyi, tertawan dan menderita, berlangsung dari tahun ke tahun. Anak-
anak Kristen bertumbuh dengan tidak mengenal kondisi lain dalam hidupnya.


Bishop Nicholas mengambil bagian dalam hal ini. Ia tertangkap di awal penganiayaan dan
ditawan. Mereka memukulinya. Mereka mencap kulitnya. Mereka menggunakan tang-tang besi
untuk menjepit berbagai bagian tubuh mereka. Kemudian dibiarkan sendiri di selnya sampai
cukup kuat untuk mulai disiksa lagi. Penganiayaan berlangsung bertahun-tahun. Tetapi Nicholas
tidak menyangkal bahwa Yesus adalah Allah dari segala allah.


Bidat yang berbahaya


Kaisar kafir telah meninggal. Konstantin naik takhta dan menghentikan penganiayaan. Nicholas
bertahan menghadapi penderitaan, tetapi sekarang ia diperhadapkan dengan bahaya ... yang lebih
besar, yang merusak Kekristenan secara perlahan-lahan.


Arius, pengkhotbah terkenal dari Alexandria, mulai mengajarkan bahwa Kristus lebih rendah
dari Allah. Ia mengajarkan bahwa Yesus bukan Allah menjadi manusia, tetapi sebagai roh
ciptaan yang menjadi pengantara yang didagingkan -- bukan Allah tetapi juga bukan manusia
saja.


Arius menyebarluaskan idenya dengan memasukkan dalam musik peminum yang terkenal di
kalangan penyembah berhala. Melodinya begitu menarik sehingga sebentar saja semua orang
bersiul mengikutinya di jalan dan pasar. "Situasi menjadi skandal," komentar Eusebius,
"sehingga dalam gedung kesenian orang yang tidak percaya, pengajaran yang seharusnya
dihormati mengenai Allah diekspos sehingga sangat aneh dan memalukan. 














Orang percaya yang setia berjuang melawan penganiayaan, seperti Nicholas, berkhotbah dan
menjelaskan kepada orang-orang mengenai Yesus, menunjukkan ayat Alkitab seperti Kolose 2:9:
"Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan."; Yohanes 14:9:
"Yesus berkata: "Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa."; Yohanes 1:1,14: "Pada
mulanya adalah Firman: Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah ...
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita ... "; Ibrani 1:3: "Ia adalah cahaya
kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah."


Semua ini tidak berguna. Arianisme menarik pikiran yang dirasionalisasikan bahwa kalau
mereka tidak dapat mengerti Tritunggal, maka tidak ada Tritunggal.


Konsili Kontroversial


Konstantin membentuk sebuah konsili dari pemimpin-pemimpin gereja di Nicean untuk
mendiskusikan pengajaran Arius dan hal-hal lain yang memecahbelahkan gereja.


Mereka yang menghadiri konsili Nicean telah berjuang atas penganiayaan Diocletian. Sebagian
dari mereka cacat kehilangan lengan. Sebagian lagi lumpuh (Tawanan dibuat cacat agar tidak
dapat melarikan diri). Banyak yang datang dengan rongga mata kosong karena mata mereka
dicukil.


Legenda mencatat bahwa dalam kesempatan tampil dalam konsili Arius mulai menyanyikan
salah satu dari lagu-lagunya yang terkenal. Beberapa bishop langsung keluar dari tempat
pertemuan. Yang lainnya menutup telinga. Nicholaus berjalan perlahan-lahan ke tengah, tempat
Arius bernyanyi dan meninju mulutnya.


Bishop yang kaget bersimpati kepada Nicholaus, tetapi tidak dapat menyetujui tindakannya. Biar
bagaimanapun, Kristus, yang dipertahankan Nicholaus, mengajarkan pengikut-pengikutNya
untuk mengasihi musuh- musuh mereka dan menjadi umat yang damai. Mereka menurunkan
Nicholaus dari jabatan bishop (kemudian jabatan ini dikembalikan kepadanya) dan mengusir
Arius. Sebelum konsili berakhir, mereka menuliskan Pengakuan Iman Nicean yang menyatakan
apa yang harus dipercaya orang Kristen mengenai Yesus.


Nicholaus menghabiskan sisa hidupnya di Myra untuk memperhatikan yang sakit, merawat
yatim piatu, melindungi orang miskin dari pemeras- pemeras dan mempertahankan hak-hak legal
orang Yahudi. Ia sering bermain dengan anak-anak dan memalukan martabat kesementaraannya
dengan mengijinkan anak-anak berandal jalanan dengan mengijinkan mereka memakai topi
bishop. Ia meninggal tahun 343 M dan dijadikan orang suci.


Kemurahan hati dan kasihnya kepada anak-anak terus berkembang sehingga tidak hilang dalam
legenda St. Nick -- Santa Claus. 





Sumber: berbagai artikel







No comments:

Post a Comment