djamandoeloe.com | Pada setiap hari Natal, bagi yang merayakannya, Semua orang sudah mulai sibuk mempersiapkan berbagai macam perlengkapan untuk merayakannya. Dari mulai menyiapkan kado untuk orang-orang tersayang, membuat kue-kue manis nan cantik, sampai mendekor rumah dengan berbagai pernak pernik natal seperti pohon natal. Perayaan natal terasa kurang semarak tanpa kehadiran pohon natal di mana setiap anggoa keluarga secara beramai-ramai mengiasinya dengan hiasan dan lampu-lampu yang indah.
Berbicara soal pohon natal, sering kita lihat pohon yang menghiasi sebagian besar rumah-rumah umat Kristiani dan juga pusat perbelanjaan ini pasti pohonnya pohon cemara atau pohon yang berbentuk mengerucut ke atas. Kenapa ya Sobat Djadoel pohon cemara identik dengan hari raya natal? Kenapa tidak pohon kelapa, pohon apel, atau pohon yang lainnya?
Pohon cemara yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan hari raya natal atau kelahiran Yesus ini awal mulanya berasal dari kebudayaan kuno di Eropa, tepatnya di Jerman. Terdapat beberapa legenda atau cerita yang beredar di kalangan umat Kristiani mengenai asal mula pohon natal. Misalnya, cerita mengenai Santo Bonifasius, rohaniawan Inggris yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis. Pada suat malam natal, St. Bonifasius bersama rombongan pengikutnya yang setia melintasi hutan dengan menyusuri jalan setapak Romawi kuno.
Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan sekelompok orang yang mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon Oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib St. Bonifasius merobohkan pohon tersebut dengan pukulan tanggannya. Tiba-tiba saja terasa suatu hembusan angin yang dahsyat di mana pohon tersebut tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian. Dari pohon Oak yang roboh itu tumbuhlah sebuah pohon cemara muda bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga.
Saat kejadian menkajubkan tersebut, St. Bonifasius berkata kepada warga desa, “Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus. Berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri. Di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.”
Maka, setelah St. Bonifasius mengatakan hal tersebut mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa menempatkannya di tengah-tengah rumah yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di setiap dahannya sehingga pohon cemara itu tampak indah bagaikan dipenuhi bintang-bintang.
Selain cerita St. Bonifasius, adapun cerita Martin Luher, tokoh Reformasi Gereja yang sedang berjalan0jalan di hutan pada suatu malam. Di perjalannya itu, ia terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan. Oleh karena itu, Martin Luther menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, ia memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.
Ada juga yang mengatakan kalau kebiasaan memasang pohon cemara sebagai dekorasi perayaan natal itu dimulai dari kebudayaan kuno di Eropa, tepatnya Jerman pada abad ke-16. Di mana akhirnya kebudayaan tersebut menyebar ke berbagai wilayah, termasuk Amerika. Mereka pun kerap memasang cemara untuk dekorasi natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jeman di Pennsylvania, Amerika Serikat memajang pohon natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.
Terlepas dari kebenaran kisah-kisah tersebut, pemasangan pohon cemara pada saat hari raya natal sebenarnya bukanlah suatu keharusan. Dalam aturan gerja atau alkitab pun tidak disebutkan harus memasang pohon natal baik di gereja maupun di rumah. Pohon cemara atau pohon natal itu sendiri tidak memiliki keterkaitan dengan kelahiran Yesus atau apapun tentang natal, meski begitu tradisi pohon cemara tidak bertentangan dengan pengajaran alkitab. Akan tetapi, makna dibalik pohon cemara inilah yang menjadikannya selalu hadir dalam setiap perayaan hari raya natal.
Di negara barat yang memiliki empat musim, natal jatuh pada musim dingin di mana semua pohon rata-rata mati atau menggugurkan daunnya. Uniknya, di saat semua pohon mati, hanya pohon cemaralah yang tetap bertahan hidup. Tidak hanya itu, daunnya di tengah musim dingin yang hebat pun masih tetap hijau. Ia tetap tumbuh dan bertahan menghadapi dinginnya salju yang mengigit atau ketika tidak ada sinar matahari yang menyinarinya. Karena pohon cemara tetap kuat di segala musim maka ia dilambangkan sebagai Evergreen, hidup kekal.
No comments:
Post a Comment