Halaman

Saturday, November 17, 2012

Life without Limits

Apa yang kita pikirkan bila melihat orang cacat semisal orang tanpa tangan, orang buta, dan lain sebagainya, pasti yang ada dalam dalam benak kita adalah ketidakmampuan, kasihan, perjuangan hidup atau betapa beruntungnya kita dengan kesempurnaan dibanding mereka ?. Mungkin hal itu pandangan sempit tentang mereka yang cacat, padahal begitu banyak figur-figur yang bisa menjadi teladan, salah satunya adalah sosok Nick Vujicnic [baca = voy-a-chic] (29). Nick sejak lahir tidak dianugrahi 2 buah tangan dan kaki, suatu jenis kecacatan yang sulit dibayangkan bagaimana orang tuanya membesarkan dan mendidiknya kelak.

Nick yang terlahir cacat pastilah juga punya keinginan dan harapan seperti anak laki-laki normal pada umumnya, ingin berenang, bersepeda, bermobil, punya pacar dan nikah. Pada periode SMA, Nick juga hampir putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya karena merasa tekanan rendah hati, ketidakbergunaan dan selalu menjadi belas kasihan orang lain terutama orang tuanya yang terus menerus memberikan perhatian lebih dibanding adiknya. Saat itu pada suatu kesempatan Nick hampir saja bunuh diri dengan membenamkan mukanya dalam bathtub, namun dalam perang batinnnya ia menemukan satu hal yang selalu diingat bahwa Tuhan pasti punya rencana besar dalam hidupnya yang serba terbatas dan apapun yang dilakukannya pasti Tuhan akan selalu menerimanya. Dari situlah kekuatan batinnya makin menunjukkan kelebihan dari yang lain, Nick yakin bahwa dengan cacatnya pasti ada yang bisa dia bagikan kepada orang lain dalam usaha memaknai hidup dan perjuangan dengan keterbatasan.

Dengan dukungan orang tuanya dan pengalaman hidupnya yang serba terbatas, Nick mulai belajar berbicara didepan umum untuk memberi inspirasi hidup bercerita tentang pengalaman dirinya, dimulai di depan kelas kemudian berhadapan dengan murid-murid satu sekolah sampai akhirnya ia menjadi sangat mahir untuk memberi motivasi dan pencerahan di depan umum bukan hanya di sekolahnya tapi juga memenuhi undangan-undangan di seluruh dunia!!.

Dengan ketekunannya dan kemandiriannya, Nick mampu menjaga dan merawat diri sendiri. Ia mampu menggosok gigi, menyisir rambut, bercukur, dan bahkan hobinya berenang, mancing dan bermain sepak bola. Bahkan Nick berhasil menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar Bachelor o Commerce bidang akuntansi, suatu prestasi yang penuh tantangan yang tidak sedikit.

Pengalaman hidupnya dia tulis dalam buku pertamanya No Arms, No Legs, No Worries !! dan telah merampungkan buku terbarunya berjudul Life Without Limits, yang sudah bisa kita dapatkan di toko-toko buku di Indonesia. Buku Life Without Limits bercerita mengenai proses Nick terlahir yang serba terbatas sampai dia memperoleh sukses yang dilaluinya tidaklah mudah. Satu hal yang saya menarik ketika membaca bab pertama buku ini adalah mengenai ” Kalau kau tidak menemukan Mukjizat, jadilah Mukjizat”, benar sekali dalam kehidupan ini terkadang kita berdo’a kepada Sang Pencipta untuk diberikan mukjizat dalam hidup sehingga kita mudah dalam menghadaoi cobaan dan hambatan hidup padahal Tuhan telah memberikan akal dan pikiran untuk menjadi mukjizat bagi diri kita dan orang lain. Dari buku ini pun terlihat, ternyata Nick adalah orang yang periang dan humoris, seperti ia ceritakan ketika pengalaman memberi motivasi ke Indonesia tahun 2010, ia berkelakar “Bagaimana kalau tubuh saya yang mungil ini masuk kedalam loker bagasi pesawat, saya ingin melihat reaksi penumpang yang membuka loker ini !!”, terbayang sahabat-sahabat semuannya bagaimana rasa kaget dan heran ketika para penumpang yang membuka pintu bagasi…..hahahaha…ada-ada saja si Nick ini.

Nah Sekarang, kita boleh refleksikan dengan kesempurnaan yang kita punyai, apakah kita bisa menjadi Mukjizat buat diri sendiri dan orang lain ?

Sumber: http://blognoerhikmat.wordpress.com/2012/02/05/life-without-limits/

No comments:

Post a Comment