Di zaman sekarang ini, mencari pembantu rumah tangga, kadang-kadang jauh lebih sulit daripada mencari pacar. Bahkan, mempertahankan pembantu rumah tangga, kadang-kadang jauh lebih sulit daripada mempertahankan istri/suami.. Setiap bulan, ada saja teman-teman atau keluarga yang sambil menangis meraung-raung (lebay) menuliskan status di BB atau facebooknya: “membutuhkan pembantu, cepetan, ga pake lama!” Padahal, dulu, banyak sekali pembantu rumah tangga yang mengabdikan diri ke majikan yang sama selama bertahun-tahun.. Banyak sekali pembantu rumah tangga yang merawat majikan kecilnya dari sejak masa oek-oek sampai masa ajeb-ajeb..
Mungkin pertanyaan yang muncul: kenapa menjadi susah mencari pembantu?
Di zaman hedonis ini, di zaman orang lebih mementingkan gengsi, pilihan menjadi pembantu rumah tangga di Indonesia rasanya menempati daftar pekerjaan pilihan terakhir bagi hampir semua orang.. Bahkan yang hanya untuk menjadi pembantu sementara.. Kebanyakan anak muda sekarang, dari kalangan ekonomi manapun, lebih memilih bekerja di pabrik, toko, atau sekalian menjadi TKI ke luar negeri.. Di daerah Paciran, tempat istri saya bertugas, banyak sekali gadis-gadis muda yang lebih memilih bekerja di warung kopi esek-esek di daerah Tuban dibandingkan menjadi PRT.
Ada beberapa tip, menurut saya, yang mungkin bisa mempertahankan pembantu kita..
Beri bayaran yang layak
Kadang-kadang saya prihatin mendengar besar gaji para PRT di Indonesia.. Sering kali jauh dari layak.. Bahkan sangat jauh di bawah UMR.. Bagaimana kita bisa berharap bantuan yang maksimal dari orang yang kita bayar sangat-sangat minimal? Kalau di zaman dulu, di saat pilihan pekerjaan masih sedikit, mungkin kita cukup bayar sekedarnya dan akan tetap banyak orang yang mendaftar.. Tapi di zaman sekarang, mereka punya banyak pilihan..
Jika ingin memancing ikan besar, gunakan umpan yang besar.. Jika ingin mendapatkan pembantu rumah tangga yang bagus, tentu saja kita harus bersedia membayar lebih.. Kadang-kadang kita bersedia membayar mahal untuk rumah kita beserta isinya, tapi kita membayar luar biasa murah kepada orang yang sangat berperan besar dalam merawatnya.. Jika ia bahkan tidak mendapatkan gaji yang layak, bagaimana ia bisa memperlakukan rumah kita dengan layak?
Mereka itu pembantu, bukan hamba
Sudah bukan zamannya lagi kita menggunakan cemeti model centeng perkebunan zaman dulu dalam mempekerjakan pembantu.. Atau mempekerjakan mereka dengan sistem rodi 24 jam yang bisa membuat Daendels terkagum-kagum pada kita. Mereka manusia biasa, yang butuh istirahat, butuh hiburan, bahkan butuh liburan dan bersosialisasi..
Anda tahu kenapa ada aturan kerja kantoran dibatasi hanya 8 jam, ada waktu libur minimal sehari dalam seminggu, dan ada jatah cuti? Karena memang manusia butuh hal-hal itu untuk bisa tetap melakukan tugas-tugasnya secara optimal. Jadi kenapa kita kadang memaksa pembantu kita agar bekerja 24 jam dan tanpa libur? Jangan heran jika pembantu kita kadang bekerja malas-malasan, atau sering ceroboh.. Mungkin, mereka hanya butuh istirahat dari rutinitas, agar bisa kembali fokus dengan pekerjaannya..
Jika kita terbangun tengah malam dan ingin minum sesuatu yang hangat, kenapa kita harus membangunkan pembantu kita yang sudah lelah? Selama masih mampu melakukan sendiri, lakukanlah sendiri.. Tugas pembantu bukanlah melakukan SEMUA pekerjaan rumah kita, tugas mereka membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan rumah kita..
Maklumi kekurangannya
Kadang-kadang, err, mungkin tiap hari, pembantu kita akan melakukan kesalahan-kesalahan, yang akan membuat kepala kita berdenyut-denyut.. Diminta nyetrika, ga rapi.. Diminta nyapu, malah tambah kotor.. Diminta masak, keasinan.. Adaaa aja kesalahan-kesalahan yang membuat kita ingin segera membungkusnya dan memulangkannya ke kampung halamannya..
Tapi coba tarik nafas dulu, dan berfikir: memangnya kita ga pernah salah dalam sehari? Lha, kalau majikannya saja sering melakukan kesalahan, lantas kenapa kita berharap punya pembantu yang sempurna? Bukan berarti kita membiarkan pembantu kita melakukan kesalahan terus menerus ya, tapi: sedikit bersabarlah.. Coba dilogikakan: kalau dia memang bisa bekerja dengan sempurna, cepat menangkap perintah dan kemauan kita, mahir menyelesaikan masalah tanpa arahan dari kita, tingkat kekeliruannya jauh lebih sedikit daripada kita, dan lebih cerdas daripada kita, tentu saja dia tidak akan jadi pembantu kan?
Dan walau kita langsung memilih mengganti pembantu kita, hanya karena kita tidak suka dengan salah satu kekurangannya, yakinlah, pembantu berikutnya pasti akan punya kekurangan juga, di bidang yang lain.. Jika kita mengharapkan pembantu yang tidak punya kekurangan, kita harus mencarinya seumur hidup.. Jadi, selama kekurangannya masih bisa ditoleransi, bersabarlah..
Perlakukan sebagai keluarga
Kadang saya miris melihat teman-teman memperlakukan pembantu seperti hamba sahaya.. Apa sulitnya sih untuk mengucapkan kata-kata seperti “Tolong bersihkan kamar depan ya mbak..” dan bukannya “Mbaaak.. Woooi… Bersihkan kamar depan!” Dan apa sulitnya mengucapkan “terima kasih” saat mereka sudah membuatkan kita teh hangat? Dalam beberapa kesempatan, saya bahkan melihat beberapa teman yang tidak mengizinkan pembantunya makan di meja makan bersama, atau duduk di kursi tamu bersama mereka.. Apa salahnya sih? Ingat, kenyamanan dan keamanan rumah kita, sangat tergantung pada mereka..
Ok kita sudah menggaji dia.. Tapi ingat, yang kita bayar adalah tenaganya.. Kita tidak membeli seluruh dirinya.. Jangan hanya karena kita sudah membayarnya, kita jadi merasa berhak membentak-bentaknya hanya karena kita lagi jengkel dengan situasi kantor, atau lagi kesal karena pasangan kita.. Atau bahkan kita jadi merasa martabat kita lebih tinggi dari mereka.. Ingatlah, mereka sudah jadi bagian penting dalam keluarga kita.. Jadi kenapa kita memperlakukan dia jauh lebih buruk dari anggota keluarga, bahkan tamu kita?
——————–
Pembantu istri saya sudah cukup tua.. Kami perlakukan beliau seperti keluarga.. Jika kami pergi ke tempat yang cukup jauh, kami cium tangannya.. Anak kami Luna, juga kami ajarkan untuk selalu mencium tangan ibu pembantu jika pergi sekolah atau mengaji.. Luna bahkan kadang-kadang dimarahi ibu pembantu, di depan kami, jika nakalnya keterlaluan.. Tidak masalah bagi saya, jika memang itu demi kebaikan anak.. Bahkan saya dan istri pun pernah dimarahi oleh pembantu kami..hahahaha.. Sekali lagi, itu bukan masalah, jika memang kami yang salah.. Anggap aja beliau orang tua yang sedang memarahi kami anaknya..
Tentu saja beliau ada sisi buruknya juga.. Tapi, menurut saya, selama sisi baiknya masih lebih banyak, maka beliau masih pantas dipertahankan, dan menjadi bagian penting yang tak terpisahkan, dari hidup kami..
Ingatlah:
No comments:
Post a Comment