SURABAYA - Sejatinya, saat ini produksi garam rakyat relatif melimpah. Hingga akhir September, garam rakyat mencapai 471.511 ton. Sayangnya, industri tidak cukup merespons. Penyerapan garam rakyat masih rendah.
Kepala Bidang Kelautan Pesisir dan Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim Eryono mengatakan, tren produksi garam akan terus meningkat hingga menjelang berakhirnya musim panen. Diperkirakan, panen raya berlangsung sampai pertengahan November. Dia optimistis produksi garam tahun ini mencapai target 900 ribu ton.
''Tapi sayangnya, tingginya produksi tidak diikuti dengan penyerapan garam rakyat secara maksimal,'' keluhnya. Hingga September, garam rakyat yang diserap industri hanya 149.000 ton. Dengan demikian, stok di tingkat petani masih banyak. Yakni, 322.511 ton.
Menurut dia, rendahnya penyerapan tersebut disebabkan dua hal. Pertama, petani menahan penjualan hingga harga dirasa menarik. Di lapangan, mekanisme pasar membuat harga turun, yakni untuk kualitas I (KI) Rp 350 per kg dan kualitas II (KII) Rp 250 per kg. Kedua, stok impor para produsen masih mencukupi sehingga kebutuhan garam rakyat rendah. ''Dalam waktu dekat, kami akan menerjunkan tim untuk mengecek stok garam di gudang-gudang produsen,'' tegas dia.
Produksi garam rakyat terbesar berada di Sampang dengan jumlah 191.446 ton pada lahan seluas 4.201 hektare. Setelah itu, Sumenep sebanyak 77.155,64 ton pada lahan 2.068 hektare dan Pamekasan sejumlah 31.856,45 ton pada lahan 1.796 hektare. Sisanya terbagi di delapan daerah, yakni Tuban, Lamongan, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Gresik, Probolinggo, Kota Surabaya, dan Bangkalan dengan total luas lahan 11.490,81 hektare.
Dirut PT Garam Yulian Lintang mengatakan, untuk kebutuhan garam konsumsi tahun depan, pihaknya akan memprioritaskan penyerapan garam rakyat ketimbang impor. ''Saat ini, kami sudah menyerap 69.500 ton dari target hingga 31 Desember 2012 sebanyak 180 ribu ton. Tidak hanya menyerap produksi di Madura, tapi juga Cirebon, Jabar,'' ucapnya kepada Jawa Pos.
Terkait harga, lanjut dia, kendati peran supply dan demand cukup besar, pihaknya berupaya membeli garam dengan harga tinggi jika dibandingkan dengan pembelian oleh perusahaan swasta. Dia menyebutkan, harga pembelian garam untuk KI bisa mencapai Rp 650-Rp 675 per kg dan KII Rp 600-Rp 625 ribu per kg atau ada selisih Rp 50 antara KI dan KII. ''Kami anjurkan para petani menyimpan stok garam masing-masing di gudang karena ini peluang bagi petani. Kami perkirakan harga pada Januari-April tahun depan membaik,'' tegas Yulian. (res/c6/dos)
Sumber: Jawa Pos
No comments:
Post a Comment