Tangkap Tiga Orang yang Diduga Pembunuh Polisi
JAKARTA - Perburuan terhadap pelaku pembunuhan dua polisi di Poso Pesisir, Kabupaten Poso, terus berlanjut. Kemarin tim Densus 88 dari Mabes Polri menangkap tiga orang di Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah. Mereka membawa panah dan buku.
''Masih belum dipastikan teroris, kami punya 7 x 24 jam,'' ujar seorang penyidik Densus 88 saat dihubungi kemarin. Tim itu sedang bersiap-siap melakukan penggerebekan besar-besaran di hutan Tamanjeka, Poso Pesisir.
Dua polisi yang tewas adalah Briptu Andi Sappa dan Brigadir Sudirman. Keduanya menangani penyidikan kasus teror bom di Poso. Briptu Andi adalah anggota Polres Poso di unit buru sergap (buser) satreskrim, sedangkan Brigadir Sudirman berdinas sebagai Kanitintel Polsek Poso Pesisir.
Keduanya hilang kontak selama delapan hari sebelum akhirnya ditemukan tewas pada 16 Oktober lalu. Jenazah mereka ditemukan anggota TNI yang melakukan pencarian di Dusun Weralulu, Desa Tokorondo, dan Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir. Lokasi itu berada 40 km barat kota Poso.
Secara terpisah, sumber Jawa Pos menyebut pengejaran terhadap kelompok yang diduga pelaku dilakukan secara hati-hati. Sebab, mereka diduga telah memasang ranjau-ranjau dengan menggunakan bahan peledak aktif di jalan-jalan setapak. ''Kami meyakini mereka akan buat seperti di Jalin Jantho,'' katanya.
Jalin Jantho adalah nama sebuah kamp tadrib asykari (latihan militer) yang dibongkar Densus 88 pada akhir 2009 di Aceh. Dari kamp itulah, puluhan orang dari berbagai aliran menyusul ditangkap. Termasuk Abu Bakar Ba'asyir yang ditangkap di Banjar, Ciamis, Jawa Barat, Agustus 2010.
Tim Densus menduga, hutan Tamanjeka akan dijadikan front pertempuran baru. ''Kami sedang berkoordinasi dengan satuan-satuan TNI untuk pengejaran,'' katanya.
Secara terpisah, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) mendatangi Mabes Polri kemarin. Rombongan yang dipimpin Juru Bicara Sonhadi itu membantah melakukan pelatihan militer di Poso, Sulawesi Tengah. ''JAT terfokus kepada aktivitas dakwah di seluruh wilayah Indonesia. Kami sedang menyebarkan aktivitas dakwah, belum berkonsentrasi sampai tempat-tempat pelatihan jihad,'' ujarnya.
Dia mengaku baru mendengar nama Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso, yang disebut sebagai tempat pelatihan militer jaringan teroris. JAT membantah jika kelompoknya juga dikaitkan dengan jaringan teroris Poso.
''Tamanjeka itu merupakan tempat yang kami sendiri asing dan baru tahu dari media. JAT tidak memiliki program pelatihan militer. Dan, perlu diingat bahwa konflik Poso adalah konflik lama, sekitar 1998. Jauh sebelum JAT berdiri, konflik Poso sudah terjadi,'' katanya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Pol Boy Rafli Amar menjelaskan, informasi tersebut didapat dari keterangan tersangka teroris yang ditangkap sebelumnya. ''Kami masih mengembangkannya. Ini kan info dari tim intelijen,'' ujarnya.
Boy mengapresiasi dan menyambut rombongan JAT. ''Kami terima klarifikasinya. Memang kami sedang melakukan pengembangan,'' katanya, lantas menyalami Sonhadi. (rdl/c4/ca)
Sumber: liputan
No comments:
Post a Comment