Halaman

Tuesday, October 16, 2012

Pesawat Tempur TNI-AU Meledak

Pilot Berhasil Selamat berkat Kursi Pelontar

PEKANBARU - Kekuatan TNI Angkatan Udara sedikit berkurang. Pesawat tempur jenis Hawk 200 TT 0212 kemarin jatuh di kawasan permukiman penduduk, Jalan Amal RT 2, RW 3, Vila Pandau Jaya, Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau.

Sebelum terempas ke tanah dan terbakar, pesawat sempat berputar-putar dan meledak tiga kali. Beruntung, sang pilot Letda Reza selamat setelah meloncat dengan menggunakan kursi pelontar sesaat sebelum pesawat jatuh.

Kondisi pesawat yang jatuh di salah satu pekarangan rumah warga tak jauh dari Sekolah Dasar Swasta 022 Yapsin atau Panti Asuhan Yayasan Lembaga Bakti Muslim Indonesia (YLBMI) itu cukup parah. Api berkobar dibarengi dengan asap yang membubung. Perlu tiga unit mobil pemadan kebakaran untuk menjinakkan api.

Peristiwa tersebut sontak menjadi tontonan warga. Apalagi, saat pesawat itu jatuh, siswa SD tersebut sedang menikmati waktu istirahat. Salah seorang siswa MTs YLBMI Febri, 14, tersebut mengatakan, saat itu dirinya bersama teman-teman yang lain melihat dua pesawat sedang bermanuver beriringan. ''Pesawat yang di belakang tiba-tiba berasap, lalu berputar-putar, kemudian jatuh,'' tuturnya.

Saat pesawat akan jatuh, kursi pelontar pilot mencelat dan mengenai atap rumah warga. Pesawat meledak sekali di udara sebelum akhirnya meledak dua kali di darat. Api besar dan asap tampak membubung setelah pesawat jatuh. Ketika pesawat mengempas ke tanah dan hancur, dua siswa kelas VI SD Yapsin YLBMI terkena serpihan tanah dan batu. Mereka adalah Jeki, 12, dan Salman, 12. Jeki menderita luka memar di bagian lengan kiri dan Salman mengalami memar di perut.

Jeki menuturkan, ketika peristiwa tersebut terjadi, dirinya sedang membeli jajan di kedai Upik tak jauh dari lokasi kejadian. Tiba-tiba dia melihat pesawat jatuh dan mengeluarkan suara keras. ''Saya kira saya akan mati,'' katanya. Jeki kemudian dijemput kakeknya, Syamsul Bahri, 62.

Panglima Komando Operasi I TNI-AU Marsekal Muda Bagus Purhito sekitar pukul 15.45 WIB tiba di lokasi kejadian didampingi Danlanud TNI-AU Pekanbaru Kol (Pnb) Bowo Budiarto. Bagus mengatakan, pesawat nahas yang dipiloti Letda Reza itu take off dari Lanud Roesmin Nurjadin sekitar pukul 08.56 WIB dalam rangka latihan rutin penerbangan. ''Pukul 09.40 pesawat meledak dan jatuh,'' jelasnya.

Menurut dia, pesawat dalam kondisi bagus karena masih tergolong baru. Yakni, tahun pembuatan 1996. ''Artinya, kondisi pesawat layak terbang. Cuaca juga cukup bagus,'' lanjutnya.

Lantas, apa kira-kira penyebab kecelakaan? Bagus mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan. ''Ini akan diselidiki. Tim investigasi akan diturunkan,'' ucapnya.

Danlanud menambahkan, pesawat tempur nomor TT-0212 jenis Hawk 100/200 itu di bawah komando Dan Skadron 12. Evakuasi bangkai Hawk dilakukan 1 x 24 jam.

Hawk 200 Stop Terbang

Insiden jatuhnya pesawat tempur Hawk 200 di Kampar, Riau, kemarin langsung direspons tegas oleh TNI Angkatan Udara (AU). Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat menegaskan bahwa Hawk 200 akan di-grounded. Pesawat tersebut tidak akan dioperasikan hingga diketahui penyebab kecelakaan itu.

"Pesawatnya akan di-grounded sampai kita temukan penyebabnya," kata Imam setelah menghadiri acara pembekalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada peserta pendidikan Lemhannas di Istana Negara kemarin (16/10). Langkah tersebut merupakan antisipasi kemungkinan terulangnya insiden serupa. "Jangan-jangan nanti kalau kita pakai, ada sesuatu lagi," sambungnya.

Imam menjelaskan, saat ini TNI-AU memiliki 32 pesawat Hawk 200 atau dua skuadron. Penempatannya dibagi dua, di Pekanbaru, Riau, dan Pontianak, Kalimantan Barat.

Meski masih menunggu hasil investigasi dari PPKPT (Panitia Penyelidik Kecelakaan Pesawat Terbang) dari AU, Imam memperkirakan kecelakaan tersebut terjadi bukan karena faktor kelalaian manusia atau human error. Itu terlihat dari keberhasilan pilot Letda Reza Yori Prasetyo keluar dengan kursi lontar.

"Saya kira ini bukan human error, mungkin mesinnya. Berdasar pengalaman, kalau eject karena tahu ada sesuatu. Dia (penerbang) meninggalkan pesawat, ada emergency," urainya.Imam tidak menyebut berapa lama investigasi bakal dilakukan. Yang pasti, bakal memerlukan waktu cukup lama karena ada pemeriksaan secara detail. Selain mesin, investigasi menggunakan semua instrumen, termasuk rekaman dan keterangan dari penerbang.

Menkopolhukam Djoko Suyanto menambahkan bahwa TNI-AU bakal langsung bergerak cepat dalam mencari penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Karena itulah, dia belum bisa memastikan penyebab jatuhnya pesawat. "Nanti diselidiki, apakah karena faktor manusia, teknis, atau cuaca," ucapnya. (ali/gus/rul/jpnn/fal/dim/c4/c10/nw/ca)

Sumber: Jawa Pos

No comments:

Post a Comment