Halaman

Friday, October 19, 2012

Sebulan Dirawat, Ternyata Bukan Anak Kandung

Hasil Tes DNA Bayi Korban Penculikan

BEKASI - Tangis Syifa Maisyatul Khoirot, 20, pecah di ruang Unit PPA Polresta Bekasi, Jabar, kemarin (19/10). Ibu muda tersebut baru saja mendapatkan kabar bahwa berdasar hasil tes DNA, bayi yang telah hampir empat minggu dirinya asuh ternyata bukan anak kandungnya yang pernah hilang diculik.

Syifa kemarin datang ke Mapolresta Bekasi bersama Jaja Nurdiansyah, sang suami. Mereka didampingi Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Arist Merdeka Sirait. Pasangan muda itu datang ke mapolresta untuk mengikuti perkembangan hasil tes DNA terhadap bayi yang kini mereka asuh.

Untuk diketahui, pada 12 September 2012 Syifa melahirkan bayi laki-laki di RSIA Siti Zachroh, Tambun Selatan, Bekasi. Bayi tersebut diberi nama Cello Aditya.

Pada 15 September, saat Syifa ke toilet, bayi itu hilang dan diduga diculik seorang perempuan berpakaian putih serta berjilbab mirip perawat. Sebelas hari kemudian, tepatnya 26 September, seorang warga menemukan bayi laki-laki yang ditaruh dalam kardus di dekat lapangan golf, Jababeka II, Bekasi. Pasangan Syifa-Jaja yakin bayi tersebut anaknya yang hilang.

Namun, untuk memastikan bahwa bayi malang itu merupakan anak biologis pasangan Syifa-Jaja, pihak kepolisian melakukan tes DNA. Tes DNA dilakukan di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Dan kemarin hasil tes yang menyatakan bahwa DNA bayi dengan Syifa-Jaja tidak identik itu disampaikan kepada keduanya.

Begitu menerima kabar mengejutkan tersebut, Syifa langsung keluar dari ruang unit PPA sambil menangis. Sementara Jaja, 31, berusaha memberikan semangat kepada istrinya. Meski dia juga terlihat seperti tidak percaya dengan hasil tes DNA itu.

Arist merasa kecewa atas pelayanan Polresta Bekasi yang dinilainya lambat dalam memberikan kepastian hukum. "Tadi (kemarin) saya bertemu dengan Wakasatreskrim dan dibilang tes DNA sudah ada hasil, tapi menunggu dua hari untuk diberikan hasilnya. Tapi, di ruang unit PPA dikatakan, hasil tes DNA negatif. Mana yang benar ini? Jadi seperti main-main ini," cetusnya.

Menurut Arist, hasil tes DNA sebenarnya bisa diketahui dua hari setelah dilakukan tes. Pihak kepolisian, tegas dia, juga terkesan main-main saat menyampaikan hasil tes DNA karena tidak disertai hasil tes yang resmi.

"Kami kecewa dengan pelayanan Polresta Bekasi karena terlalu lama dalam memberikan kepastian hukum. Hasil tes DNA sebenarnya tidak perlu berminggu-minggu, dua hari juga bisa diketahui," ucap Arist dengan kesal.

Laki-laki dengan rambut dikucir itu juga menyayangkan tindakan kepolisian dalam penyelidikan terhadap penculik yang belum menunjukkan perkembangan. Padahal, kata dia, polisi telah mengetahui ciri-ciri orang yang diduga sebagai pelaku melalui sketsa wajah.

"Sepertinya pihak kepolisian orientasinya hanya pada tes DNA, sementara penyelidikan belum ada perkembangan. Padahal, rekonstruksi sudah dilakukan dan sketsa wajah sudah diketahui. Jadi, siapa pelaku penculikannya?" tanya Arist.

Dia melanjutkan, KPAI akan meminta hasil tes DNA secara resmi dan bakal melakukan tes ulang di rumah sakit lain. Namun, sebelumnya dia juga akan meminta hasil tes darah bayi yang ditemukan warga yang kini masih dalam perawatan di RS Annisa, Cikarang Utara, tersebut.

Sementara itu, Syifa mengaku shock dan tidak percaya ketika mendapatkan kabar bahwa hasil tes DNA negatif. Dia juga merasa bingung ketika pihak kepolisian menawarinya untuk mengadopsi bayi tersebut.

"Waktu ditawarin adopsi, saya bingung jawabnya. Saya hanya ingin anak saya. Kalau perlu, saya akan meminta pertanggungjawaban RSIA Siti Zachroh," tegas Syifa sambil menangis.

Sementara itu, Jaja berencana melakukan tes DNA lagi di rumah sakit lain. Dia dan istrinya merasa yakin bayi yang ditemukan warga di pinggir jalan beberapa waktu lalu tersebut adalah anaknya yang diculik dari RSIA pada 15 September lalu. "Terakhir kami lihat bayi itu Sabtu (13/10). Wajahnya mirip seperti kakeknya (ayah Jaja). Kami akan tes DNA ulang di rumah sakit yang netral," ungkap Jaja yang terlihat lesu.

Kasatreskrim Polresta Bekasi Kompol Dedi Murti Haryadi membantah tudingan bahwa tidak ada kepastian hukum dari pihaknya. Dia mengungkapkan, pihaknya kerap berkomunikasi langsung dengan orang tua korban penculikan.

"Tidak mungkin kami tidak menanggapi mereka. Komunikasi tetap berjalan. Hasil tes DNA disampaikan secara lisan karena dokumen resmi belum diserahkan, masih dalam pemeriksaan dari dokpol," terangnya.

Soal hasil tes DNA, Dedi menyatakan, pihaknya sebenarnya juga menginginkan hasilnya positif. "Ternyata nonidentik dan itu bukan penyidik yang mau, tapi hasil tes DNA oleh dokpol yang menentukan. Semua sesuai dengan prosedur dan tidak ada yang kami tutup-tutupi," tegasnya. Soal penculik, sambung Dedi, hingga kini pihaknya masih melakukan penyidikan. (enr/jpnn/c9/nw)

Ternyata Bukan Cello

Rabu, 12 September 2012

Maisyatul Khoirot, 20, melahirkan bayi laki-laki di RSIA Siti Zachroh Tambun Selatan, Bekasi, Jabar. Bayi mungil itu diberi nama Cello Aditya.

Sabtu, 15 September 2012

Saat Maisyatul ke toilet, bayi diculik seorang perempuan berpakaian putih dan berjilbab, mirip perawat. Dia menyelinap ke ruang perawatan, mengambil bayi, kemudian pergi.

Rabu, 26 September 2012

Seorang warga menemukan bayi laki-laki di dalam kardus dekat lapangan golf Jababeka II. Pasangan Maisyatul-Jaja Nurdiansyah, 31, merasa yakin bahwa bayi itu anak mereka. Pasangan itu pun merawat bayi tersebut.

Untuk memastikan bahwa bayi itu anak pasangan Maisyatul-Jaja, polisi melakukan tes DNA di RS Polri Kramat Jati.

Jumat, 19 Oktober 2012

Maisyatul-Jaja mendapat kabar bahwa hasil tes DNA tidak identik yang berarti bayi itu bukan Cello.

Sumber: Jawa Pos

No comments:

Post a Comment