Halaman

Friday, January 4, 2013

Hukum Perut atau Hukum Mulut? Gizi atau Gengsi

Kolose 3:1-4

Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (Kolose 3:2)



Salak Pondoh tua muda besar kecil sama rasanya, bedanya pada penampilan, dari harga 2-8 ribu rupiah per kilo, secara ukuran perut (nilai gizi) tidak berbeda tetapi untuk masalah selera berbeda nilainya. Selera dan gengsi bertahan 2 menit di mulut beberapa jam jika dilihat orang lain, namun nilai gizi di dalam perut lebih lama urusannya, bisa 24 jam. Perut hanya mengerti muatan/content gizi setiap asupan makanan. Namun yang jelas akibat hukum gengsi dan gizi ini berbeda jauh. Gengsi bertahan beberapa saat, namun urusan gizi berjangka panjang dan sistemik di dalam tubuh kita. Kurang gizi membuat kita sakit, sementara kekurangan gengsi seharusnya tidak.

Illustrasi diatas memberi gambaran bagaimana motivasi kita dalam berpikir. Bagian firman hari ini (3:2) berada dalam alur pikiran fokus pada Kristus dalam perspektif kekekalan, bukan pada urusan selama di dunia ini saja. Paradigma berpikir ini rumit dan tidak mudah. Kita cenderung berpikir pragmatis, yaitu keuntungan yang terasa atau kelihatan saat ini. Sementara itu melihat "yang diatas" berarti memikirkan segala sesuatu dengan perspektif yang menembusi waktu dan tempat. Melihat keatas berarti secara sadar membangun paradigma berpikir yang muaranya adalah penyembahan abadi di sorga, bagaimana semua misi hidup kita adalah dalam kerangka persiapan bagaimana kita dan sebanyak mungkin anak Tuhan dan "calon-calon" anak Tuhan untuk sampai kesana dan bersama menikmati penyembahan abadi. Misi hidup ini dibutuhkan hanya sementara karena yang kekal memang penyembahan kita di sorga nantinya.

Dalam hidup ini, banyak hal yang bergengsi yang dapat kita raih ataupun kita kerjakan, namun yang harus diingat juga adalah apakah yang kita kerjakan dan raih itu sesuatu yang bernilai? Sesuatu yang memberkati orang lain, menginspirasi, membawa orang semakin takut akan Tuhan, memiliki visi hidup yang jelas, memiliki semangat hidup yang tinggi, bahkan bernilai kekekalan?

Motivasi: Sampai sejauh mana nilai hidup atau karier kita, hukum perut atau mulut?

No comments:

Post a Comment