Halaman

Tuesday, October 16, 2012

Berbagai Strategi Perusahaan Asuransi Menggarap Pasar RaksasaIndonesia

Pasar Belum Banyak Paham, Bina Agen sebagai Ujung Tombak Lapangan

Kesadaran masyarakat dalam berasuransi selalu diklaim meningkat. Namun, jika dicermati lebih detail, ternyata hanya 1,3 persen di antara total populasi penduduk Indonesia yang memiliki alat proteksi diri tersebut. Fakta itulah yang membuat banyak perusahaan asuransi menjadikan Indonesia sebagai pasar utama.

---

INDONESIA memiliki masalah serius dalam hal asuransi bagi masyarakatnya. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menghitung, saat ini di antara total populasi, baru 1,3 persen penduduk yang sadar akan pentingnya memiliki dana perlindungan diri dengan membeli polis asuransi. Bahkan, di antara jumlah tersebut, masih banyak yang belum menjadikan asuransi untuk meng-cover semua kebutuhan mereka. Tercatat kesenjangan antara kebutuhan proteksi dan total dana cadangan risiko yang tersedia (protection gap) masih 77 persen. Atau jika dirupiahkan, per nasabah asuransi masih kekurangan sekitar Rp 106 juta.

Hal itu, misalnya, terjadi pada Ivone Andayani, salah seorang eksekutif muda perusahaan di Surabaya. Perempuan dua anak tersebut mengaku memiliki asuransi sejak 12 tahun lalu. Hingga kini, secara total dia memiliki tiga jenis perlindungan, yakni asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, dan asuransi jiwa. Namun, saat ditanya apakah dirinya mengetahui berapa besar total dana cadangan risiko yang dimiliki dari asuransi tersebut, Ivone menjawab tidak tahu.

''Mungkin secara tidak sadar saya tidak menanyakan secara detail hal itu karena tak ingin terjadi sesuatu sehingga harus mengklaim asuransi,'' ujar dia saat ditemui pekan lalu. ''Tapi, seharusnya hal itu perlu diketahui oleh setiap nasabah asuransi. Apalagi suamiku kan wiraswasta sehingga sebagai istri harus mulai memperhatikan masalah seperti ini,'' lanjut dia seraya berjanji untuk menghitung kembali protection gap asuransi miliknya.

Sekelumit kisah pegawai tersebut adalah cerminan bisnis asuransi di Indonesia. Ivone berharap sosialisasi dari industri asuransi mengenai pentingnya perlindungan diri harus makin gencar. Sebab, seperti dirinya, masih banyak masyarakat yang menganggap asuransi belum penting. ''Saya ikut asuransi karena dipanas-panasi teman. Dan karena teman yang jadi agen, saya mau ikut. Jaga-jaga supaya gak susah klaim,'' sebut Ivone.

Di industri asuransi, problem rendahnya penetrasi dan protection gap tersebut dikonversikan sebagai kesempatan untuk bisa berkembang. Problem di level nasabah menjadikan AIA Group berkomitmen untuk mengurangi masalah itu. Caranya memberikan asuransi sesuai dengan kebutuhan nasabah. Tentu saja dibarengi dengan kemampuan agen asuransi yang mumpuni untuk memberikan pengetahuan dan rasa aman bagi nasabah. ''Kami fokus untuk menyediakan premier agency yang berkualitas melalui pelatihan intensif agar mereka mampu memahami nasabah di Indonesia,'' ujar Group Chief Executive and President AIA Group Mark Tucker saat berkunjung di Indonesia. Saat ini, mereka memiliki 10 ribu agen dan semua telah dibekali kemampuan menyediakan asuransi sesuai kebutuhan nasabah.

Ambisi AIA tersebut sejalan dengan komitmen Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dalam menyediakan agen asuransi berlisensi di Indonesia. Asosiasi tersebut mencatat total agen berlisensi sampai dengan akhir Desember 2011 sebanyak 258 ribu agen. Jumlah tersebut bertambah menjadi 340 ribu agen pada September 2012. AAJI menargetkan ada 500 ribu agen berlinsensi pada akhir 2014. (aan/c6/kim)

Sumber: Jawa Pos

No comments:

Post a Comment