Halaman

Monday, October 15, 2012

Sejarah di Mindanao

Filipina-MILF Teken Kesepakatan Damai

MANILA - Pemerintah Filipina dan kelompok separatis Front Pembebasan Islam Moro (MILF) mulai mewujudkan kesepakatan damai yang dicapai di Kota Kuala Lumpur pada 7 Oktober lalu dalam perundingan yang dimediatori oleh Malaysia. Hal itu dibuktikan dengan penandatanganan kesepakatan perdamaian di Manila kemarin (15/10).

Perjanjian damai tersebut diteken di Istana Malacanang, Manila oleh Ketua Panel MILF Mohagher Iqbal; Tengku Abdul Ghafar, fasilitator dari Malaysia; dan Dean Marvic Leonen, ketua Panel Negosiasi Damai Pemerintah Filipina (GPNP). Presiden Filipina Benigno ''Noynoy'' Aquino III; pemimpin MILF Haji Murad Ibrahim; Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak; dan Teresita Quintos-Deles, penasihat presiden Filipina untuk proses perdamaian.

Perjanjian damai itu membawa sejarah baru di wilayah Filipina Selatan dan Mindanao khususnya. Kesepakatan itu sekaligus menjadi sinyal segera berakhirnya konflik selama lebih dari tiga dekade di wilayah tersebut.

MILF berperang untuk memperjuangkan status negara merdeka bagi Bangsamoro di wilayah Mindanao, Filipina Selatan, sejak 1978. Mereka memasuki pembicaraan damai dengan Manila pada 1997. Untuk pertama kalinya, MILF setuju untuk menerima otonomi dalam putaran negosiasi pada 2008.

Pemberontakan panjang MILF selama hampir empat dekade resmi berakhir setelah penandatanganan kerangka perjanjian damai dengan pemerintah Filipina kemarin. Perjanjian itu disepakati setelah melalui negosiasi panjang di Malaysia guna menghentikan konflik yang telah menelan 150 ribu korban jiwa tersebut. Kerangka damai tersebut berisi proses kesepakatan yang berujung pada perjanjian damai secara permanen pada 2016.

''Saya datang dengan damai untuk membangun kerja sama perdamaian berdasarkan kerangka kesepakatan antara MILF dan pemerintah Filipina,'' ujar Murad Ibrahim saat berbicara dalam forum tersebut.''Kami membuka tangan untuk persahabatan dan kerja sama dengan presiden serta rakyat Filipina,'' lanjutnya.

PM Najib Razak, yang membantu dalam menjembatani kesepakatan tersebut menyambut positif perjanjian damai. ''Kita semua ingin membuat perubahan. Karena itu, kita telah memutuskan bahwa sudah saatnya untuk menjadi lebih baik. Setelah empat dekade, perdamaian akan segera terwujud,'' tutur Najib. Noynoy, yang mendorong proses damai sejak menjabat presiden pada 2010, juga memuji kesepakatan kemarin sebagai peluang untuk mewujudkan perdamaian abadi di wilayah Mindanao.

Murad Ibrahim merupakan pemimpin MILF pertama yang menjejakkan kakinya di Istana Malacanang. Momen tersebut memunculkan optimisme dari kedua pihak terkait berakhirnya konflik selama bertahun-tahun dan tercapainya prioritas kerja Noynoy.

Berdasarkan kesepakatan itu, sekitar 12 ribu milisi atau pejuang MILF akan menghentikan tuntutan merdeka di wilayah Mindanao. Sebagai gantinya, pemerintah akan membagikan kekuasaan dan kesejahteraan dalam bentuk wilayah otonomi baru bagi Bangsamoro (penduduk asli di Mindanao).

Mindanao merupakan salah satu pulau utama di antara tiga pulau terbesar di sisi selatan Filipina. Mayoritas warga di sana adalah muslim. Di pulau terbesar kedua Filipina itulah, selama ini MILF bermarkas dan mengoordinasikan aksi separatisme.

Konon, pembentukan wilayah semiotonomi di Mindanao akan butuh waktu sekitar dua tahun. Seiring berjalannya proses itu, MILF akan membubarkan diri secara bertahap. Kesepakatan awal yang akan menjadi landasan lahirnya Bangsamoro itu merupakan akhir dari perundingan alot MILF dan Manila yang sudah berlangsung sekitar 15 tahun. Dalam kurun waktu itu, sekitar 11.000 militan MILF telah melancarkan serangan yang mematikan. MILF juga membuat pemerintah Filipina cemas. Manila khawatir aksi radikal militan Moro itu akan memancing ekstremis Al Qaeda untuk mendirikan basisnya di Filipina.

Meski demikian, pimpinan MILF, pemerintah Filipina, dan pemantau independen telah memperingatkan bahwa jalan menuju perdamaian abadi bakal menghadapi berbagai rintangan. Penandatanganan kerangka damai kemarin juga belum sepenuhnya menjamin berakhirnya konflik.

''Sejujurnya, ke depan masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan agar bisa dipetik buah dari kerangka damai ini,'' terang Noynoy. (AFP/AP/cak/dwi)

Sumber: Jawa Pos

No comments:

Post a Comment