Halaman

Saturday, May 19, 2012

3 POWER SHIFTS (Marketing 3.0)

3 POWER SHIFTS (Marketing 3.0)
Disampaikan oleh President of World Marketing Association Hermawan Kartajaya

"Untuk menggeluti bisnis di bidang sistem informasi kita bisa mencontoh Steve Jobs. Sebab, tokoh ini sangat inovatif dalam menemukan teknologi yang bisa mengubah dunia,’’ ungkapnya. Mengembangkan bidang sistem informasi, kata konsultan manajemen ini, para pelaku juga dituntut untuk terus belajar dan menggali informasi mengenai apa yang dipelajarinya. ‘’Jadi motivasi saja tidak cukup, kita harus menekan diri kita untuk inovatif dan berkreasi dalam menciptakan produk,’’ kata Hermawan.

Salah satu rumusnya, yaitu dengan ‘’The 3 Power Shift’’. Dewasa ini media sosial memiliki kekuatan dalam memasarkan produk, misalnya Facebook memiliki populasi lebih dari 800 juta orang, kemudian Twitter juga mampu menginformasikan tren topik terkini dengan lebih cepat dibandingkan breaking news CNN. Dan terakhir, kehadiran You Tube juga mampu mengalahkan Hollywood Box Office.


Inti-inti ceramah beliau yang saya catat (di luar dari yang tertulis di modul seminar yang diberikan) adalah:

Marketing 3.0, marketing dengan kejujuran berdasarkan SQ (Spiritual Quotient), will be his next book published this year — if I’m not misheard if him.

To answer the statement here, why honesty? Menurut saya, dengan web 2.0 sekarang, informasi jauh lebih mudah didapat daripada sebelumnya, dan cenderung menjadi information saturated. Terlalu banyak informasi yang masuk sehingga kita sekarang sudah tidak bisa membedakan mana informasi yang benar dan mana yang salah. Konsep positioning termasuk salah satu yang mendukung terjadinya informasi yang belum tentu benar ini. Yang rugi adalah konsumen. Begitu mereka berhasil membuktikan bahwa produk/jasa yang mereka gunakan ternyata tidak sesuai dengan positioning-nya, mereka bisa beralih dan kali ini yang rugi adalah perusahaan.

Pak Hermawan bilang, marketing 3.0 adalah lanjutan dari marketing 2.0 (New Wave Marketing), karena salah satu trigger yang membuat information saturation itu terjadi ya karena adanya horizontalisasi dimana-mana. Review terhadap produk bisa kita dapatkan dengan hanya googling. Belum lagi iklan-iklan yang banjir di segala media. Jadi, kejujuran dari company dan orang-orang di dalam perusahaan diharapkan bisa me-refine informasi-informasi yang beredar tersebut (btw ini salah satu konsep clarifying di New Wave Marketing).

Commonly used marketing model disebut dengan Legacy Marketing yang dikoinkan oleh Hermawan Kartajaya. Akan tetapi dengan adanya technology driven change, dari one to many ke many to many, terjadi perubahan dalam model marketing Hermawan Kartajaya. Model baru ini disebut dengan New Wave Marketing. Atau istilah awamnya, dari vertical marketing ke horizontal marketing. Masih susah mengerti? Bayangkan berita di stasiun TV dengan Twitter.
Berita dari stasiun TV bersifat satu arah, di mana penonton adalah receiver yang pasif. Sedangkan Twitter, everyone could be a broadcaster, and every broadcaster could be receiver. Akhir-akhir ini Twitter malah bekerja lebih cepat dibandingkan berita dari stasiun TV.

Adanya New Wave Marketing bukan serta merta kita meninggalkan Legacy Marketing. Tetap pertahankan Legacy Marketing sebagai framework marketing kita, tetapi mari kita ubah cara yang vertikal menjadi horizontal. New Wave Marketing lebih cocok untuk perusahaan kecil yang tidak mampu menggelontorkan budget besar untuk high impact marketing seperti TV advertisement atau brand activation event. Tapi perusahaan besar pun juga bisa menerapkan model New Wave Marketing ini.



Communitization

Terbentuknya suatu komunitas secara horizontal (dilakukan oleh orang yang setara, bukan oleh perusahaan)
Terdapat kesamaan interest atau values antar anggota komunitas
Apa yang harus dilakukan perusahaan? IDENTIFY THOSE COMMUNITIES or PIONEERING THE COMMUNITY
Value of community - Value dari suatu broadcast sebanding dengan jumlah penontonnya. Jika jumlah audience = n, maka value = n

Contoh : siaran radio atau televisi. Tidak ada interaksi antar pemirsa.

Nilai dari suatu komunitas akan proporsional dengan kuadrat dari jumlah anggota komunitas tersebut. Value = n2

Contoh : mengirim email dalam milis. Terjadi interaksi antar anggota milis yang membalas email.

Memanfaatkan jaringan antar komunitas dapat secara eksponensial meningkatkan nilai jaringan tesebut. Value = 2n

Contoh : penyebaran informasi dalam lebih dari satu komunitas yang berbeda karena adanya informasi yang diteruskan oleh anggota suatu komunitas ke komunitasnya yang lain.

How to communitize?

Listening
Talking
Energizing
Helping


Confirming

Meng-confirm komunitas yang akan di-join
Komunitas akan memberi keputusan apakah anggota baru dapat diterima atau tidak
Criteria Relevance : relasi atau kesamaan interest / values antara perusahaan dan komunitas
Jenis relevansi (online) :

Intelelectual relevance : keterkaitan berdasarkan ekspertise
Emotional relevance : keterkaitan berdasarkan perjalanan hidup antar anggotanya
Spiritual relevance : keterkaitan dalam membentuk kehidupan lain
Active level : tingkat keaktifan komunitas tersebut
Number of community network : berapa banyak jaringan yang dimiliki atau yang potensial bisa terjadi antara suatu komunitas dengan komunitas lainnya.


Clarifying
Memperjelas persona atau karakter perusahaan kepada komunitas yang telah di-confirm sebelumnya:

Karakter sebuah brand harus di-clarify dalam benak konsumen
Persepsi yang diinginkan dalam benak pelanggan harus didukung dengan fakta, bukan dengan slogan belaka
Clarifying merupakan upaya yang lebih tajam dan sifatnya yang kontinu jika dibandingkan dengan positioning. Positioning bisa berubah sepanjang waktu karena adanya pengaruh dari berbagai pihak, oleh karena itu harus dilakukan clarifying.


Coding

Mendiferensiasikan merek sampai ke tingkat “DNA”, atau membuat produk sepersonal mungkin sesuai dengan pelanggannya.
Contoh : myDNA fragrance , etiap pelanggan akan mendapatkan wangi parfum sesuai dengan DNA nya. Tidak akan ada wangi parfum yang sama antar satu pelanggan.
Contoh : KFC recipe DNA dari KFC yang mampu membuatnya berbeda dari another chicken fast food restaurant.
Biasanya orang hanya tahu marketing hanya sedangkal “menjual produk” dengan kerangka 4P, yaitu menjual product dengan price menarik, dengan akses yang mencakup place (saluran distribusi) dan promotion (bagaimana cara mengomunikasikannya). Di New Wave Marketing, kita harus memanfaatkan crowd yang ada untuk menciptakan produk, harga, mengaktifkan komunitas sebagai saluran distribusi, bahkan membantu memasarkan dan mengomunikasikan produk tersebut. Dan ingat, marketing bukan hanya selling. Selling hanyalah satu bagian kecil dari 9 elements of Marketing.




Co-creation

Produk yang dinamis, interaktif, berasal dari multi sumber
Pelanggan terlibat dalam proses pembuatan produk (bisa jadi tercipta produk yang berbeda antar konsumen dengan apa yang ditawarkan produsen), pemisahan komponen suatu produk dari berbagai distributor, pengembangan produk dari komunitas pelanggannya.

Currency

Harga produk dari co-creation yang fleksibel, bukan suatu harga yang tetap tergantung berbagai faktor
Pelanggan juga memiliki kekuatan untuk menentukan seberapa besar nilai yang harus dibayarnya untuk sebuah co-creation

Communal activation

Mengaktifkan sebuah komunitas lewat para pemimpin atau aktivis komunitas itu. Orang-orang tersebut adalah orang yang mampu memasarkan co-creation kepada para anggota komunitas lainnya.
Aktivis tersebut bisa berbicara dengan bahasa komunitas tersebut sehingga akan lebih efektif dan efisien dan lebih dipercaya oleh komunitas daripada peritel. Aktivis juga memahami anxiety dan desire yang ada dalam komunitas sehingga biaya untuk mengelola para aktivis relative kecil.
Perusahaan sulit dianggap netral/tidak punya kepentingan ketika melakukan communitization. Oleh karena itu perusahaan harus bisa meng-engage para aktivis komunitas ini sehingga bisa menjadi “kepanjangan tangan pertama” bagi perusahaan

Conversation

Promosi yang bersifat dua arah, peer to peer, dan many to many.
Terjadi diskusi antara dua pihak yang setara.
Perusahaan harus bisa memancing timbulnya conversation lebih lanjut di antara pelanggan: demonstrating, involving, empowering
Perusahaan bisa berperan sebagai inisiator dan mengawasi jalannya conversation agar tidak chaos

Commercialization

Penjualan yang bersifat dua arah, terjadi pertukaran value antara perusahaan dan pelanggan. Perusahaan harus berupaya melakukan engagement dengan pelanggan sebagai pihak yang setara. Usahakan terjadi relasi jangka panjang yang berkesinambungan.
Market share sudah didapat. Tapi apakah kita sudah bisa mendapatkan hati pelanggan?
“To win a heart share, do: character, caring, collaboration”


Character

Walaupun kemasannya berganti-ganti, tetapi merek tetap bisa dikenali lewat character karena mengandung DNA yang khas (hal ini yang selama ini diupayakan oleh manajemen PT. IPJ melalui corporate culture-nya – mulai dari logo, konten media, warna, fornt dan lainnya)
Melibatkan pelanggan untuk membangun karakternya

Caring

Memberikan lebih dari sekedar service, memperhatikan pelanggan sepenuh hati
Keyword : hospital service not hospitality service mind set. Treat the customer as if he/she is a patient in a hospital that could lose his/her life if we don’t give a proper service.

Collaboration

Berkolaborasi dengan perusahaan lain untuk memberikan value kepada pelanggan sehingga lebih kompetitif
Bukan kepemilikan terhadap sumber daya, tetapi akses terhadap sumber daya

No comments:

Post a Comment